MAKALAH BAHASA | WACANA POLITIK DAN PLESETAN ini adalah sebuah makalah bahasa sekaligus makalah politik dengan judul selengkapnya "Bahasa dan Politik: Wacana Politik dan Plesetan". Makalah ini disusun sebagai Tugas Studi Lapangan oleh Melanie Barner melalui program Australian Consortium For In-Countri Indonesian Students (ACICIS) bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
ABSTRAKSI. Penyusun ingin mengetahui tentang bagaimana bahasa mempengaruhi politik, dan politik mempengaruhi bahasa. Penomena ‘plesetan’ menarik penyusun karena hal ini tidak banyak di jumpai Australia. Mengapa bahasa Indonesia membuat banyak singkatan? Penyusun juga ingin tahu tentang sikap rakyat kepada pemerintah, apalagi pada saat dan sesudah pemilu. Apakah bahasa yang dipakai politikus dipercaya oleh masyarakat? Aspek lain yang menarik penyusun adalah orang-orang yang terlibat dengan politik, tetapi berada di luar struktur politik yang utama. Siapa yang melawan pemerintah dan mengapa?
 |
| Linda Megawati, salah seorang anggota DPR |
Penyusun sudah mewawancarai orang-orang dari bidang yang berbeda, misalnya, mahasiswa, akademisi, orang yang terlibat dalam organisasi aktivis, dan orang jalanan. Semua riset dilakukan di Malang. Ada juga riset yang lain yang sudah dilakukan mengenai topik ini, penyusun sudah membacanya selama riset saya. Riset penyusun sangat subjektif, didasarkan atas wawancara, observasi dan juga dokumentasi artikel-artikel dari koran.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa jargon politik memang sangat lazim dalam Bahasa Indonesia. Banyak kata tersebut dibuat oleh pemerintah. Setiap bidang mempunyai singkatan sendiri, dan mungkin untuk seseorang yang di luar bidang ini, belum tentu memahaminya.
Wacana politik tidak hanya terdapat di antara media massa dan politikus-politikus saja, tetapi juga meliputi anggota dari organisasi yang ada di luar struktur politik utama, seperti DPR. Banyak orang merasa mereka tidak bisa mempengaruhi keputusan politik, kecuali mereka yang sudah terlibat dengan organisasi aktivis. Plesetan dianggap sebagai cara simbolis untuk melawan pemerintah.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa jargon politik memang sangat lazim dalam Bahasa Indonesia. Banyak kata tersebut dibuat oleh pemerintah. Setiap bidang mempunyai singkatan sendiri, dan mungkin untuk seseorang yang di luar bidang ini, belum tentu memahaminya.
Wacana politik tidak hanya terdapat di antara media massa dan politikus-politikus saja, tetapi juga meliputi anggota dari organisasi yang ada di luar struktur politik utama, seperti DPR. Banyak orang merasa mereka tidak bisa mempengaruhi keputusan politik, kecuali mereka yang sudah terlibat dengan organisasi aktivis. Plesetan dianggap sebagai cara simbolis untuk melawan pemerintah.
BACA DAN DOWNLOAD. Baca dan download makalah gratis dengan mengklik gambar di bawah.
Makalah tersedia dalam file berformat microsoft office word setebal 45 halaman yang dilengkapi dengan halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka.
PANDUAN DOWNLOAD. Bila mengalami kendala atau bingung saat hendak membaca atau mendownload, baca Cara Download. Dan bila ingin membaca berbagai judul makalah lainnya, baca Daftar Makalah.
Semoga makalah bahasa sekaligus makalah politik ini bermanfaat.
